The Science of Broken Heart


Lebih sakit yang mana, sakit gigi apa sakit hati?

Dulu, kalau gue ditanya kayak gini, jawabannya selalu sama, yaitu sakit gigi. Hidup berantakan kalau udah sakit gigi. Tapi seiring bertambahnya usia dan pengalaman akan pahit manisnya kehidupan, ternyata sakit hati juga bisa bikin hidup berantakan.

Patah hati bukan cuma tentang break-up dan pengkhianatan. Lebih dari itu, patah hati bisa dirasakan ketika kehilangan seseorang yang sangat dicintai, terabaikan, atau harapan yang tidak bisa tercapai.

Mulai dari lagu dangdut sampai lagu metal juga banyak yang liriknya mengisahkan tentang patah hati. "My heart broken in to a million pieces". Tapi beneran lho, patah hati itu benar-benar sakit, dan sakitnya itu bisa dirasakan oleh tubuh. Kok bisa?

Your body knows what you don't know

Berbagai studi tentang psychological pain membuktikan bahwa ternyata rasa sakit saat patah hati itu sama dengan rasa sakit fisik! Hal ini dikarenakan sakit hati dan sakit fisik diproses pada area otak yang sama, yaitu di dorsal anterior cingulate cortex (dACC). Makanya ketika kita bisa nangis kesakitan karena tangan kejepit pintu mobil, kita juga bisa banget nangis kesakitan karena ngelihat pacar selingkuh sama sahabat sendiri.

Selain itu, ketika patah hati tubuh memproduksi hormon kortisol, yaitu hormon yang berperan penting terhadap respon stress. Sehingga ketika patah hati atau baru putus, kita bisa rentan terkena stress dan terlihat semakin menyedihkan.

Dan yang mengejutkan, beberapa penelitian lain menyebutkan bahwa rasa sakit saat patah hati itu bisa setara dengan rasa sakit ketika kulit kebakar sampai patah tulang! WOW!

Broken heart can be that hurt

Love is addiction. Kenapa bisa menjadi adiksi? Karena pada dasarnya cinta itu menyenangkan dan bikin bahagia. Saat bahagia, kita memproduksi dopamine, dalang dibalik rasa bahagia yang diproses tubuh. Nah, ketika patah hati atau putus hubungan, hal ini dapat dianalogikan dengan berhentinya penggunaan drugs atau zat adiktif. Patah hati rasanya sama kayak sakau obat. Ada rasa pengen terus, tapi kenyataannya keinginan itu nggak bisa terpenuhi. Akibatnya, patah hati bisa menjadikan seseorang sulit untuk merasa bahagia, karena kebahagiaan yang menjadi adiksi tersebut nggak bisa didapatkan lagi.


FYI, tubuh kita itu hebat banget. Ketika berpacaran, our mind and body intimately connected to someone, dan biasanya berlangsung dalam waktu yang lama. Sehingga ketika putus hubungan, otak mendapat tugas baru yaitu readjust atau penyesuaian kembali. Tugas ini has no exact number, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk readjust, semuanya tergantung pada kekuatan dan semangat seseorang untuk move on.
Jadi ya... sakit hati itu emang sakit. Adalah hal yang wajar ketika sakit hati kita nangis, stress, bad mood... itu artinya otak dan tubuh sedang memproses pengalaman sakit and it's totally normal!


Sekian. Mohon maaf lahir dan batin. Don't forget to always be grateful, folks!


Got insights from:
www.shape.com
healthland.time.com
www.dailymail.co.uk
greatergood.berkeley.edu
www.heysigmund.com


Share this:

JOIN CONVERSATION

8 Feed Back:

  1. Balasan
    1. Makasih alwinooo! Keep yourself up to date yaaa!

      Hapus
  2. Bercermin dari pengalaman ya kak ? Muhehehe. Tapi bener sih, patah hati itu menyakitkan :''

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau patah hati nggak menyakitkan, kita nggak akan belajar buat jadi yang lebih baik :)

      Hapus
  3. Wah..wah... kupasan psikologi yang bagus nih.. artikelnya bermanfaat nih,..

    Salam kenal dan salam psikologi ya!... salam sesama darah ungu.. hehe

    BalasHapus
  4. setuju. cinta itu adiksi... bikin ketagihan...
    hahaha, kayaknya udah cukup pakar nih mbak tentang cinta :D
    lebih sakit mana, sakit gigi atau hati? buat gue, gigi.
    bulan lalu gue pasang behel dan harus n yabut 3 buah gigi. jadi buat gue, sakit gigi lebih sakit :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. doain aja biar beneran bisa jadi expert hehe
      semoga pas lagi sakit gigi nggak sekaligus patah hati yaa

      Hapus